“The beach is not a place to work; to read, write or to think.”
― Anne Morrow Lindbergh, Gift from the Sea
Bicara soal pantai di Malang Selatan, tentu
kita sudah sangat akrab dengan nama-nama pantai yang terlanjur beken seperti
Pantai Balekambang, Ngliyep, atau Sendang Biru. Tapi pernahkah kita mendengar
sebutan ‘Pantai Lengkap’?
Hari Minggu tanggal 18 Januari
2015 kemaren saya, Ahmad, Ivan, Philip, dan Mas Teguh mencoba mengunjungi
sebuah pantai di Malang Selatan. Semua kru selain Philip sebenernya hingga
detik-detik mau berangkat masih nggak ngerti sebenernya kita ini mau ke pantai
mana, ke Miami, Hawaii, atau ke Bora-bora..? (abaikan saja, he..9989x). Hal
semacam ini sebenernya bisa dibilang sebagai penyakit lama yang kambuh kembali.
Pasalnya kalau melihat ke belakang ke lima atau enam tahunan yang lalu, saya
dan mereka ini doyan banget pergi tanpa tujuan jelas. Yang penting naik mobil
dulu, tancap gas, tujuan dipikir belakangan sambil jalan, he..9989x.
Oh iya, sebelum lanjut lebih jauh
ke cerita, kita kenalan dulu sama tokoh-tokoh dalam cerita ini.
 |
Ki-ka: Saya (Adif), Ivan, Ahmad, Philip, Mas Teguh |
Oke. Udah kenal, kan? Terus
akhirnya kita jadi ke mana? Kita mau ke… Pantai Lengkap! Ini pun… rutenya baru
kita
search di rumahnya Philip
beberapa menit sebelum berangkat. Kita berangkat persis jam setengah delapan
pagi. Rute yang kita ambil, dari Malang kita menyusuri jalanan
Bululawang-Krebet-Turen-Dampit, dan selanjutnya kita belok ke arah desa
Tirtoyudo yang ternyata masih lumayan jauh juga dari jalan raya Dampit. Jalan
raya dari Malang hingga Dampit beraspal mulus. Setelah belok ke arah Tirtoyudo,
jalanan pun juga relatif masih bagus meskipun agak sempit.
 |
Mampir warung, ngisi konsumsi. |
Seperti lazimnya perjalanan ke
pantai-pantai selatan Malang, jalanan pun berkelok-kelok dan naik turun
mengikuti kontur pegunungan. Sekitar tahun 2010 lalu sebenernya saya, Ivan, dan
Philip (serta Wahyu waktu itu) sudah pernah lewat sini dalam perjalanan menuju
pantai Sipelot yang konon ada air terjunnya. Rute Pantai Sipelot dan Pantai
Lengkap memang pada awalnya sama, hanya saja nanti kita akan menemui
percabangan. Kalau belok ke kiri menuju Pantai Sipelot, sedangkan kalau ke
kanan mengarah ke Pantai Lengkap. Percabangan memang cukup sering kita temui,
tapi jangan khawatir nyasar soalnya papan penunjuk jalannya cukup jelas. Kalau
nggek jelas..? Bertanyalah pada penduduk setempat. Kalau masih nggak jelas
aja..? Berarti agan yang nggak jelas, hehe…9989x becanda…
| |
Road tripping |
Dan ternyata… perjalanannya jauh
banget gan… Nggak nyampai-nyampai. Tapi Alhamdulillah si Philip yang udah
mumpuni nyetir jarak jauh (punya bakat jadi sopir travel kayaknya, hehe..989x)
nggak memperlihatkan tanda-tanda kalau dia udah capek. Barulah pas hampir jam
setengah sebelas kita nyampai juga di Pantai Lengkap.
 |
Di kejauhan terlihat lereng selatan Semeru |
 |
Garis pantai perlahan terlihat |
 |
HTM cuma 5 ribu aja |
HTM-nya murah gan, cuma
lima ribu rupiah saja per orang (masih lebih mahal haga nasi goreng, he…9989x).
Itupun sudah satu paket dengan kawasan air terjun yang konon nggak jauh-jauh
banget. Kata pak yang jual tiket, lokasi air terjunnya bisa ditempuh pakai tiga
cara; pakai ojek, jalan kaki alias tracking,
atau naik perahu. Lho, kok naik perahu? Soalnya (ini masih prediksi) sepertinya
lokasi air terjunnya itu ada di balik ujung teluk di sebelah selatan pantai.
Pantai Lengkap sendiri waktu kemaren kita kesana ombaknya tidak terlampau
besar.
 |
Prepare sebelum tracking |
 |
Salah satu sudut pantai Lenggosono |
Setelah prepare sebentar, mulailah kita tracking
ke air terjun ‘Banyu Anjlok’. Banyu Anjlok..? Ya, memang begitulah namanya.
Saya sering salah sebut dengan mengucapkan Watu Anjlok (@$@#%#%#$), sedang si
Ahmad malah nyebutnya Grojogan Sewu (@#^^#%#). Awal-awal tracking, kita menyusuri garis Pantai Lengkap ke arah barat.
Setelah menyeberangi muara sungai, kita berjalan mengikuti jalan setapak yang
mengarah ke lereng bukit.
 |
Mulai tracking |
 |
Menyeberangi muara sungai |
 |
Menyusuri jalan setapak menuju lereng bukit |
Medan perjalanan berupa jalan
setapak yang cukup lebar. Kalau agan pernah ke Ranu Kumbolo, ya seperti itulah
medan perjalanannya, hanya saja yang ini lebih lebar dan di beberapa titik
sudah dilapisi semen. Bahkan motor pun bisa dipaksa naik ke sini. Makanya tadi
kan ada tiga opsi, jalan kaki, ngojek, atau naik perahu. Akhirnya kita putuskan
untuk jalan kaki saja. Soalnya kalau
ngojek, pasti mahal (dan kita rada sesumbar juga sih sebenernya. Nganggap diri
kita ini bukan turis, hehe..9989x), kalau naik perahu… saya yang keberatan
soalnya saya takut tenggelam (maklum gan, gak bisa renang, hehe..9989x),
makanya kita jalan kaki. Soalnya kalau jalan kaki kita bisa dikit-dikit
berhenti buat rehat ataupun foto-foto, dan pastinya kita nggak akan tenggelam,
hehe..9989x.
 |
Kondisi jalan setapak, lumayan enak kan |
 |
Sudah ada jembatannya juga |
 |
Lepas Pantai Lenggoksono dilihat dari lereng bukit |
 |
Mantep bukan..? |
|
 |
Kalo mau nekad, sebenernya bisa lho ke Australia lewat laut lepas sana, haha..9989x |
Di tengah perjalanan, sering
sekali kita berpapasan atau disusul sepeda motor, dan beberapa kali ditawari
ojek. Tapi dengan halus kita menolak. Kontur jalan sendiri ya nggak jauh beda
sama kondisi jalan setapak di pegunungan, naik turun naik turun dan
berkelok-kelok. Sesekali kita iseng nanya ke orang-orang yang papasan sama
kita, “Mas, masih jauh?” yang kemudian mereka jawab dengan jawaban yang jujur
tapi mungkin sedikit menteror mental, “Wah, jauh. Masih satu jam lagi. Masih 3
km lagi”. Hahh…, serius masih kurang 3 kam lagi…?! 3 km..?!! Cuma 3 km..?!!
Wah… enteng……….. (hush… ndak boleh sesumbar…!!). Selain itu, sempat juga tadi
kita nglihat papan berisi tulisan “Jalan di depan licin. Ragu-ragu lebih baik
pulang”. Saya sih meskipun sempat beberapa kali naik gunung dan masuk hutan, sebenernya
saya agak anti sama track licin. Tapi
berhubung udah nanggung banget, ya udah saya lanjut jalan aja.
 |
Rehat dulu |
 |
sepeda motor aja bisa naik |
Entah sudah berapa jam kita
jalan, akhirnya sampailah kita di tujuan. Eits.. jangan seneng dulu. Meskipun sudah
terlihat warung-warung, tapi perjalanan turun ke areal air terjun ternyata
bukanlah perkara mudah, pakai acara menuruni lereng terjal dengan tanah yang
agak licin. Kita pun perlu berpegangan pada tali dan akar pohon segala. Selain
itu, pas sampai di air terjunnya pun kita masih bingung gimana nyeberanginnya.
Ya… bukannya takut basah apa takut jatuh sih ya… tapi sebenernya lebih bingung
gimana menyelamatkan gadget biar gak
sampai kena air, hehe..9989x.
 |
Siap-siap menuruni lereng |
 |
cukup terjal bukan? |
 |
Perjuangannya nggak main-main |
Tapi pas udah nyampe di daerah
yang aman buat naruh barang, dan udah nyebur ke sungainya... wah... top markotop surotop rasanya… Semua capek
yang didapat selama tracking dua jam
itu hilang semuanya…
 |
Ivan lagi semedi |
 |
Pemandangan pantai Bolu-bolu dari atas air terjun Banyu Anjlok. |
Air terjunnya sendiri bertingkat-tingkat, di tiap
tingkatnya membentuk kolam-kolam kecil sebelum akhirnya berujung ke laut lepas.
Ivan bahkan langsung loncat dari tebing ke kolam…. Bener-bener sesuatu yang
pengen saya lakukan dari dulu, tapi takut gara-gara gak bisa renang, hiks…hiks…hiks…
Saya dan Ahmad hanya bisa melongo saja. Lha Philip kemana? Dia kayaknya ogah
basah-basahan. Sementara Mas Teguh pun sempat ikutan nyebur ke tenpat Ivan loncat
tadi. Menurutnya, sungainya sangat dalam. Ivan pun juga menuturkan pengakuan
serupa. Untung aja saya gak tergoda buat ikutan loncat… (btw ketika tulisan ini
dibuat, saya belum nikah, hehe..9989x). Setelah makan siang di warung, kita pun
turun ke pantai yang berada di bawah air terjun. Turun ke pantai ini juga bukan
hal yang mudah. Sebenernya sih katanya ada jalan yang lebih enak buat turun ke
pantai, tapi muternya cukup jauh. Akhirnya kita milih turun pakai tali lewat tebing
yang ada di sebelah air terjun.
 |
Pantai Bolu-Bolu a.k.a Banyu Anjlok dilihat dari atas air terjun |
 |
Turun ke pantainya pakai cara kayak gitu tuh. Kurang seru gimana coba? |
Di pantai, Mas Teguh sama Philip
milih duduk-duduk aja sambil njagain kamera dan barang-barang kita. Sementara saya,
Ahmad, dan Ivan, langsung menuju pantai, bermain bersama ombak, melepas penat, membunuh
stress, mengubur kegalauan, dan hal-hal semacam itulah…, haha..9989x. Intinya, lupakan
sejenak kenyataan bahwa besoknya adalah hari Senin, haha..9989x. Pantai yang
kita kunjungi kali ini benar-benar menawarkan spot yang banyak, mulai dari
Pantai Lenggoksono dan Pantai Bolu-Bolunya sendiri,
tracking dari Pantai Lenggoksono ke
Pantai Bolu-Bolu, dan tentunya juga air terjun Banyu Anjlok.
Kapan lagi bisa lihat pantai yang ada air terjunnya? Karena banyaknya isi paket yang ditawarkan inilah, saya dari tadi nyebutnya
Pantai Lengkap, hehe..9989x
 |
Ombaknya cukup bersahabat buat main-main |
 |
Air terjun+pantai. Kapan lagi ketemu yang beginian? |
Di tengah-tengah kegembiraan
pengunjung pantai, terjadi insiden dimana seorang pengunjung terjatuh dari
tebing air terjun. Saya sendiri tidak ikut nimbrung ke kerumunan orang-orang
yang mengerubungi si korban. Berdasarkan penuturan beberapa pengunjung, si
korban terjatuh ketika bernarsis ria di atas tebing, ada juga yang bilang si
korban terpeleset, dan macem-macem lagi. Si korban selamat tapi tidak sadarkan
diri.
Sekitar jam dua siang, kita pun
meninggalkan pantai. Rombongan kita sempat terpencar, saya yang jalan duluan di
depan bersama Mas Teguh ternyata berjalan di
track yang berbeda dengan track yang kita lewati saat berangkat
tadi. Tapi tanpa kita sadari, kita sebenarnya berjalan di
track yang lebih enak soalnya nggak pakai loncat-loncatan dan lewat
tebing licin seperti ketika kita baru sampai di sini tadi. Kontur jalan pun
lebih enak soalnya nggak terlalu naik turun. Barulah setelah jalan sekitar lima
belas menitan, Ivan tiba-tiba datang dari belakang. Kita pun jalan bertiga,
hingga akhirnya kita nemu persimpangan jalan yang ternyata baru kita sadari
bahwa jalan yang menurun itu adalah jalan yang kita lewatin ketika berangkat
tadi. Di
track yang terpotong oleh
aliran sungai kecil, kita rehat sebentar. Di sini, kita akhirnya ketemu lagi
sama Ahmad dan Philip yang baru datang sekitar sepuluh menit berselang.
 |
Bye-bye pantai Bolu-Bolu |
 |
Berangkatnya, kita lewat jalur di bawah yang berkelok-kelok itu, pulangnya lewat yang atas. Muternya lebih jauh, tapi lebih landai |
 |
Di sinilah letak percabangannya. Belok kiri berarti lewat jalur curam tapi cepet, kalau lewat kanan, jalurnya landai tapi muter agak jauh. |
Masih di jalanan pedesaan, di
tengah perjalanan kita berhenti sebentar di sebuah masjid. Ya.. buat mandi
sekaligus sholat Ashar ngrangkap sholat Dhuhur. Karena badan sudah bersih
semua, maka angota rombongan yang sejak tadi duduk di bak mbil pun masuk ke
kabin mobil. Hingga Maghrib, kita masih belum kunjung keluar dari jalan
pedesaan. Perjalanan memang sangat jauh. Barulah ketika hari sudah benar-benar
gelap, kita akhirnya sampai di jalan raya utama yang menghubungkan
Lumajang-Dampit-Malang. Tapi tentu kita masih harus melanjutkan perjalanan
menuju Malang yang mungkin masih perlu memakan waktu sekitar dua jam-an lagi.
 |
Berhenti bentar, mau motret lereng selatan Semeru |
Di tengah-tengah perjalanan, kita
berkali-kali terjebak macet. Nyari masjid pun ternyata juga bukan perkara
mudah. Bukan nyari masjidnya sih sebenernya yang susah, tapi dua kali ketemu
masjid, dua-duanya lagi krisis air semua, Masya Allah… Hingga akhirnya kita
nemu masjid di perbatasan Dampit dengan Turen, kita sholat Maghrib di situ. Setelah
sholat Maghrib, perjalanan berlanjut sambil nyari-nyari makanan. Warung makanan
sih sebenernya banyak ya, tapi permasalahan yang selalu timbul adalah selera
makan kita yang berbeda-beda. Ada yang doyan banget makan, ada juga yang doyan
pilih-pilih makanan. Dan akhirnya disepakatilah untuk makan nasi goreng di
pinggir jalan saja. Kita makan malam di pinggir jalan daerah Turen. Sehabis
makan, perjalanan pulang pun berlanjut. Entah apa yang terjadi selanjutnya,
saya nggak ngerti. Habis kenyang nasi goreng, saya langsung ketiduran.
Tahu-tahu jam setengah sembilan malam kita sudah sampai di Malang.
 |
'Dinner' nasi goreng pinggir jalan. |
Demikian catatan perjalanan kita
ke ‘Pantai Lengkap’ (Pantai Lenggoksono, Pantai Bolu-bolu, dan Air terjun Banyu Anjlok). Terima kasih tak terkira pada Allah SWT yang
telah memberikan perlindungan sehingga kita semua bisa sampai di tempat tujuan
dan pulang kembali ke rumah masing-masing dengan selamat tanpa kurang suatu
apa.
"Journey of a Thousand Miles Begins With One Step"
i'll go there soon
BalasHapusOK Monggo
BalasHapusWow.., ternyata di malang banyak wisata yang kece, keren...keren.., lihat juga disini wisata tersembunyi dengan sejuta keindahan di pulau jawa
BalasHapus