Rabu, 21 Januari 2015

Trip Report Pantai Lenggoksono, Pantai Bolu-bolu, dan Air Terjun Banyu Anjlok, Malang Selatan

“The beach is not a place to work; to read, write or to think.”
― Anne Morrow Lindbergh, Gift from the Sea

 


Bicara soal pantai di Malang Selatan, tentu kita sudah sangat akrab dengan nama-nama pantai yang terlanjur beken seperti Pantai Balekambang, Ngliyep, atau Sendang Biru. Tapi pernahkah kita mendengar sebutan ‘Pantai Lengkap’?

Hari Minggu tanggal 18 Januari 2015 kemaren saya, Ahmad, Ivan, Philip, dan Mas Teguh mencoba mengunjungi sebuah pantai di Malang Selatan. Semua kru selain Philip sebenernya hingga detik-detik mau berangkat masih nggak ngerti sebenernya kita ini mau ke pantai mana, ke Miami, Hawaii, atau ke Bora-bora..? (abaikan saja, he..9989x). Hal semacam ini sebenernya bisa dibilang sebagai penyakit lama yang kambuh kembali. Pasalnya kalau melihat ke belakang ke lima atau enam tahunan yang lalu, saya dan mereka ini doyan banget pergi tanpa tujuan jelas. Yang penting naik mobil dulu, tancap gas, tujuan dipikir belakangan sambil jalan, he..9989x.
Oh iya, sebelum lanjut lebih jauh ke cerita, kita kenalan dulu sama tokoh-tokoh dalam cerita ini.

Ki-ka: Saya (Adif), Ivan, Ahmad, Philip, Mas Teguh
Oke. Udah kenal, kan? Terus akhirnya kita jadi ke mana? Kita mau ke… Pantai Lengkap! Ini pun… rutenya baru kita search di rumahnya Philip beberapa menit sebelum berangkat. Kita berangkat persis jam setengah delapan pagi. Rute yang kita ambil, dari Malang kita menyusuri jalanan Bululawang-Krebet-Turen-Dampit, dan selanjutnya kita belok ke arah desa Tirtoyudo yang ternyata masih lumayan jauh juga dari jalan raya Dampit. Jalan raya dari Malang hingga Dampit beraspal mulus. Setelah belok ke arah Tirtoyudo, jalanan pun juga relatif masih bagus meskipun agak sempit.

Mampir warung, ngisi konsumsi.
Seperti lazimnya perjalanan ke pantai-pantai selatan Malang, jalanan pun berkelok-kelok dan naik turun mengikuti kontur pegunungan. Sekitar tahun 2010 lalu sebenernya saya, Ivan, dan Philip (serta Wahyu waktu itu) sudah pernah lewat sini dalam perjalanan menuju pantai Sipelot yang konon ada air terjunnya. Rute Pantai Sipelot dan Pantai Lengkap memang pada awalnya sama, hanya saja nanti kita akan menemui percabangan. Kalau belok ke kiri menuju Pantai Sipelot, sedangkan kalau ke kanan mengarah ke Pantai Lengkap. Percabangan memang cukup sering kita temui, tapi jangan khawatir nyasar soalnya papan penunjuk jalannya cukup jelas. Kalau nggek jelas..? Bertanyalah pada penduduk setempat. Kalau masih nggak jelas aja..? Berarti agan yang nggak jelas, hehe…9989x becanda… 

 
Road tripping
Dan ternyata… perjalanannya jauh banget gan… Nggak nyampai-nyampai. Tapi Alhamdulillah si Philip yang udah mumpuni nyetir jarak jauh (punya bakat jadi sopir travel kayaknya, hehe..989x) nggak memperlihatkan tanda-tanda kalau dia udah capek. Barulah pas hampir jam setengah sebelas kita nyampai juga di Pantai Lengkap.


Di kejauhan terlihat lereng selatan Semeru

Garis pantai perlahan terlihat
HTM cuma 5 ribu aja
HTM-nya murah gan, cuma lima ribu rupiah saja per orang (masih lebih mahal haga nasi goreng, he…9989x). Itupun sudah satu paket dengan kawasan air terjun yang konon nggak jauh-jauh banget. Kata pak yang jual tiket, lokasi air terjunnya bisa ditempuh pakai tiga cara; pakai ojek, jalan kaki alias tracking, atau naik perahu. Lho, kok naik perahu? Soalnya (ini masih prediksi) sepertinya lokasi air terjunnya itu ada di balik ujung teluk di sebelah selatan pantai. Pantai Lengkap sendiri waktu kemaren kita kesana ombaknya tidak terlampau besar.

Prepare sebelum tracking
Salah satu sudut pantai Lenggosono
Setelah prepare sebentar, mulailah kita tracking ke air terjun ‘Banyu Anjlok’. Banyu Anjlok..? Ya, memang begitulah namanya. Saya sering salah sebut dengan mengucapkan Watu Anjlok (@$@#%#%#$), sedang si Ahmad malah nyebutnya Grojogan Sewu (@#^^#%#). Awal-awal tracking, kita menyusuri garis Pantai Lengkap ke arah barat. Setelah menyeberangi muara sungai, kita berjalan mengikuti jalan setapak yang mengarah ke lereng bukit. 

Mulai tracking
Menyeberangi muara sungai
Menyusuri jalan setapak menuju lereng bukit
Medan perjalanan berupa jalan setapak yang cukup lebar. Kalau agan pernah ke Ranu Kumbolo, ya seperti itulah medan perjalanannya, hanya saja yang ini lebih lebar dan di beberapa titik sudah dilapisi semen. Bahkan motor pun bisa dipaksa naik ke sini. Makanya tadi kan ada tiga opsi, jalan kaki, ngojek, atau naik perahu. Akhirnya kita putuskan untuk jalan kaki saja. Soalnya  kalau ngojek, pasti mahal (dan kita rada sesumbar juga sih sebenernya. Nganggap diri kita ini bukan turis, hehe..9989x), kalau naik perahu… saya yang keberatan soalnya saya takut tenggelam (maklum gan, gak bisa renang, hehe..9989x), makanya kita jalan kaki. Soalnya kalau jalan kaki kita bisa dikit-dikit berhenti buat rehat ataupun foto-foto, dan pastinya kita nggak akan tenggelam, hehe..9989x. 

Kondisi jalan setapak, lumayan enak kan
Sudah ada jembatannya juga

Lepas Pantai Lenggoksono dilihat dari lereng bukit


Mantep bukan..?
Kalo mau nekad, sebenernya bisa lho ke Australia lewat laut lepas sana, haha..9989x
Di tengah perjalanan, sering sekali kita berpapasan atau disusul sepeda motor, dan beberapa kali ditawari ojek. Tapi dengan halus kita menolak. Kontur jalan sendiri ya nggak jauh beda sama kondisi jalan setapak di pegunungan, naik turun naik turun dan berkelok-kelok. Sesekali kita iseng nanya ke orang-orang yang papasan sama kita, “Mas, masih jauh?” yang kemudian mereka jawab dengan jawaban yang jujur tapi mungkin sedikit menteror mental, “Wah, jauh. Masih satu jam lagi. Masih 3 km lagi”. Hahh…, serius masih kurang 3 kam lagi…?! 3 km..?!! Cuma 3 km..?!! Wah… enteng……….. (hush… ndak boleh sesumbar…!!). Selain itu, sempat juga tadi kita nglihat papan berisi tulisan “Jalan di depan licin. Ragu-ragu lebih baik pulang”. Saya sih meskipun sempat beberapa kali naik gunung dan masuk hutan, sebenernya saya agak anti sama track licin. Tapi berhubung udah nanggung banget, ya udah saya lanjut jalan aja. 

Rehat dulu
sepeda motor aja bisa naik
Entah sudah berapa jam kita jalan, akhirnya sampailah kita di tujuan. Eits.. jangan seneng dulu. Meskipun sudah terlihat warung-warung, tapi perjalanan turun ke areal air terjun ternyata bukanlah perkara mudah, pakai acara menuruni lereng terjal dengan tanah yang agak licin. Kita pun perlu berpegangan pada tali dan akar pohon segala. Selain itu, pas sampai di air terjunnya pun kita masih bingung gimana nyeberanginnya. Ya… bukannya takut basah apa takut jatuh sih ya… tapi sebenernya lebih bingung gimana menyelamatkan gadget biar gak sampai kena air, hehe..9989x. 

Siap-siap menuruni lereng
cukup terjal bukan?
Perjuangannya nggak main-main
Tapi pas udah nyampe di daerah yang aman buat naruh barang, dan udah nyebur ke sungainya... wah... top markotop surotop rasanya… Semua capek yang didapat selama tracking dua jam itu hilang semuanya…



Ivan lagi semedi
Pemandangan pantai Bolu-bolu dari atas air terjun Banyu Anjlok.
Air terjunnya sendiri bertingkat-tingkat, di tiap tingkatnya membentuk kolam-kolam kecil sebelum akhirnya berujung ke laut lepas. Ivan bahkan langsung loncat dari tebing ke kolam…. Bener-bener sesuatu yang pengen saya lakukan dari dulu, tapi takut gara-gara gak bisa renang, hiks…hiks…hiks… Saya dan Ahmad hanya bisa melongo saja. Lha Philip kemana? Dia kayaknya ogah basah-basahan. Sementara Mas Teguh pun sempat ikutan nyebur ke tenpat Ivan loncat tadi. Menurutnya, sungainya sangat dalam. Ivan pun juga menuturkan pengakuan serupa. Untung aja saya gak tergoda buat ikutan loncat… (btw ketika tulisan ini dibuat, saya belum nikah, hehe..9989x). Setelah makan siang di warung, kita pun turun ke pantai yang berada di bawah air terjun. Turun ke pantai ini juga bukan hal yang mudah. Sebenernya sih katanya ada jalan yang lebih enak buat turun ke pantai, tapi muternya cukup jauh. Akhirnya kita milih turun pakai tali lewat tebing yang ada di sebelah air terjun.

Pantai Bolu-Bolu a.k.a Banyu Anjlok dilihat dari atas air terjun
Turun ke pantainya pakai cara kayak gitu tuh. Kurang seru gimana coba?
Di pantai, Mas Teguh sama Philip milih duduk-duduk aja sambil njagain kamera dan barang-barang kita. Sementara saya, Ahmad, dan Ivan, langsung menuju pantai, bermain bersama ombak, melepas penat, membunuh stress, mengubur kegalauan, dan hal-hal semacam itulah…, haha..9989x. Intinya, lupakan sejenak kenyataan bahwa besoknya adalah hari Senin, haha..9989x. Pantai yang kita kunjungi kali ini benar-benar menawarkan spot yang banyak, mulai dari Pantai Lenggoksono dan Pantai Bolu-Bolunya sendiri, tracking dari Pantai Lenggoksono ke Pantai Bolu-Bolu, dan tentunya juga air terjun Banyu Anjlok. Kapan lagi bisa lihat pantai yang ada air terjunnya? Karena banyaknya isi paket yang ditawarkan inilah, saya dari tadi nyebutnya Pantai Lengkap, hehe..9989x


Ombaknya cukup bersahabat buat main-main
Air terjun+pantai. Kapan lagi ketemu yang beginian?
Di tengah-tengah kegembiraan pengunjung pantai, terjadi insiden dimana seorang pengunjung terjatuh dari tebing air terjun. Saya sendiri tidak ikut nimbrung ke kerumunan orang-orang yang mengerubungi si korban. Berdasarkan penuturan beberapa pengunjung, si korban terjatuh ketika bernarsis ria di atas tebing, ada juga yang bilang si korban terpeleset, dan macem-macem lagi. Si korban selamat tapi tidak sadarkan diri.
Sekitar jam dua siang, kita pun meninggalkan pantai. Rombongan kita sempat terpencar, saya yang jalan duluan di depan bersama Mas Teguh ternyata berjalan di track yang berbeda dengan track yang kita lewati saat berangkat tadi. Tapi tanpa kita sadari, kita sebenarnya berjalan di track yang lebih enak soalnya nggak pakai loncat-loncatan dan lewat tebing licin seperti ketika kita baru sampai di sini tadi. Kontur jalan pun lebih enak soalnya nggak terlalu naik turun. Barulah setelah jalan sekitar lima belas menitan, Ivan tiba-tiba datang dari belakang. Kita pun jalan bertiga, hingga akhirnya kita nemu persimpangan jalan yang ternyata baru kita sadari bahwa jalan yang menurun itu adalah jalan yang kita lewatin ketika berangkat tadi. Di track yang terpotong oleh aliran sungai kecil, kita rehat sebentar. Di sini, kita akhirnya ketemu lagi sama Ahmad dan Philip yang baru datang sekitar sepuluh menit berselang.

Bye-bye pantai Bolu-Bolu
Berangkatnya, kita lewat jalur di bawah yang berkelok-kelok itu, pulangnya lewat yang atas. Muternya lebih jauh, tapi lebih landai
Di sinilah letak percabangannya. Belok kiri berarti lewat jalur curam tapi cepet, kalau lewat kanan, jalurnya landai tapi muter agak jauh.
Ketemu sungai. Mungkin ini sungai yang alirannya mengarah ke air terjun.
Lepas pantai Bolu-Bolu dilihat dari atas tebing
Usai rehat, kita kembali jalan berlima. Perjalanan turun tak terlalu banyak memakan waktu dan tenaga. Sayup-sayup kita sempat mendengar kumandang adzan Ashar (jadi saking serunya main air dan kurangnya informasi mengenai tempat ibadah, kita jadi melewatkan sholat Dhuhur. Jangan dicontoh ya kawan… hehe..9989x). 
Rehat lagi.
Pesisir pantai Lenggoksono mulai kembali terlihat
Nyeberangin muara sungai lagi
Sampailah kita kembali di Pantai Lenggoksono
Setelah sekitar satu setengah jam berjalan, sampailah kita kembali ke parkiran mobil di Pantai Lenggoksono. Sebenernya sih saya pengen nyari kamar mandi buat bilasan, tapi saya nggak nemu juga. Akhirnya saya, Ahmad, dan Mas Teguh pun sementara naik di bak mobil dulu sambil ngeringin baju dan badan. Sementara Ivan yang sebenernya juga masih basah-basahan milih tetep duduk di dalam mobil nemenin Philip nyetir.

Perjalanan pulang
Alhamdulillah, cerah sampai sore
Masih di jalanan pedesaan, di tengah perjalanan kita berhenti sebentar di sebuah masjid. Ya.. buat mandi sekaligus sholat Ashar ngrangkap sholat Dhuhur. Karena badan sudah bersih semua, maka angota rombongan yang sejak tadi duduk di bak mbil pun masuk ke kabin mobil. Hingga Maghrib, kita masih belum kunjung keluar dari jalan pedesaan. Perjalanan memang sangat jauh. Barulah ketika hari sudah benar-benar gelap, kita akhirnya sampai di jalan raya utama yang menghubungkan Lumajang-Dampit-Malang. Tapi tentu kita masih harus melanjutkan perjalanan menuju Malang yang mungkin masih perlu memakan waktu sekitar dua jam-an lagi.

Berhenti bentar, mau motret lereng selatan Semeru
Di tengah-tengah perjalanan, kita berkali-kali terjebak macet. Nyari masjid pun ternyata juga bukan perkara mudah. Bukan nyari masjidnya sih sebenernya yang susah, tapi dua kali ketemu masjid, dua-duanya lagi krisis air semua, Masya Allah… Hingga akhirnya kita nemu masjid di perbatasan Dampit dengan Turen, kita sholat Maghrib di situ. Setelah sholat Maghrib, perjalanan berlanjut sambil nyari-nyari makanan. Warung makanan sih sebenernya banyak ya, tapi permasalahan yang selalu timbul adalah selera makan kita yang berbeda-beda. Ada yang doyan banget makan, ada juga yang doyan pilih-pilih makanan. Dan akhirnya disepakatilah untuk makan nasi goreng di pinggir jalan saja. Kita makan malam di pinggir jalan daerah Turen. Sehabis makan, perjalanan pulang pun berlanjut. Entah apa yang terjadi selanjutnya, saya nggak ngerti. Habis kenyang nasi goreng, saya langsung ketiduran. Tahu-tahu jam setengah sembilan malam kita sudah sampai di Malang.

'Dinner' nasi goreng pinggir jalan.
Demikian catatan perjalanan kita ke ‘Pantai Lengkap’ (Pantai Lenggoksono, Pantai Bolu-bolu, dan Air terjun Banyu Anjlok). Terima kasih tak terkira pada Allah SWT yang telah memberikan perlindungan sehingga kita semua bisa sampai di tempat tujuan dan pulang kembali ke rumah masing-masing dengan selamat tanpa kurang suatu apa.

"Journey of a Thousand Miles Begins With One Step"

3 komentar: