Minggu, 14 Mei 2017

'Pulang Ke Kotamu'- Sebuah Perencanaan




I'm loving living every single day,
but sometimes I feeel so...
I hope to find a little piece of mind,
and I just want to know....”
(Far Away Frome Home – Groove Coverage)


Saya rencananya mau sendirian saja. Kerjaan seorang freelancer memang terkadang nggak memiliki jadwal kerja yang kaku alias lebih fleksibel. Jadinya saya nggak terlalu susah nentuin jadwal keberangkatan, dimana semua orang pada jenuh di kantornya, ehh… saya malah liburan (juahat buanget yaaa….). 


Pergi-pergi sendirian itu tentu ada enak dan nggaknya. Yang paling saya senang dari bepergian sendirian itu adalah saya bisa bebas nentuin kemana saya harus melangkah atau mengambil keputusan. Gak perlu memaksakan orang lain untuk menyesuaikan diri mereka dengan kita, pun kita juga gak usah menyesuaikan diri dengan orang lain.  Gak enaknya, tentu ya… pasti bikin boring. Pas lagi ada traveler yang perginya berombongan, bercanda bareng teman-temannya pasti ada perasaan nelongso. Juga kalau bareng teman kan bisa saling menjaga dan bisa saling tolong. “Semua ada masanya”, kata teman saya pas lagi bijak. Saya juga pernah beberapa kali traveling berombongan. Semua memang ada masanya, dan ini adalah masa saya untuk kembali bepergian sendirian.  Saya sendiri meskipun senang bepergian, tapi saya jarang sekali punya kesempatan buat memenuhi hasrat yang satu itu. Jadinya, setiap kali melakukan sebuah perjalanan, tak  peduli seberapa dekatnya selalu teramat sangat saya syukuri. Karena saya punya keyakinan kalau tidak ada yang sia-sia dari sebuah perjalanan. Kalaupun pulangnya tidak ada oleh-oleh yang bisa dibawa, pasti ada sekelumit cerita dan pengalaman yang bisa dijadikan pelajaran ke depannya.

Some journeys in life can only be traveled alone.”
(Ken Poirot)

Tujuan perjalanan saya adalah ke Jogja. Bicara soal tempat tujuan traveling, Jogja bisa dibilang sudah teramat sangat populer ya. Biarpun begitu, orang yang sudah pernah berkunjung ke kota ini sebagian besar pasti suatu saat akan kangen dan ingin kembali lagi. Tak terkecuali saya, kota Jogja adalah kota yang selalu bikin saya kangen selain kota saya sendiri. Entahlah dengan orang lain ya, kalau saya pribadi mungkin karena pengaruh faktor keturunan. Nenek yang merupakan ibunya ibu saya asal-usulnya soalnya dari Jogja meskipun masa tuanya banyak dihabiskan di Blitar dan Malang. Jadinya saya kadang kalau ke Jogja itu sensasinya seperti ‘pulang’ bukannya traveling, sekalipun dengan keluarga dan sanak saudara yang di Jogja sana sekarang seperti sudah ada ‘missing link’. Tapi di luar itu semua, pasti banyak yang sepakat kalau Jogja itu punya auranya sendiri, yang mampu membuat seseorang ingin mengunjunginya lagi dan lagi.

Walau kini engkau telah tiada, tak kembali.
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi.”
(Yogyakarta – Kla Project)

Saya sebenarnya sudah pernah beberapa kali pergi ke Jogja. Tapi biasanya saya cuma naik kereta api saja terus balik lagi ke Malang. (Lhah ngapain coba..?) Yahhh gimana ya? Saya memang seorang railfan alias penggemar kereta api. Jadi bagi saya bepergian naik kereta api itu sudah lebih dari cukup, tak perlu keluar terlalu jauh dari stasiun untuk berwisata kuliner atau mendatangi tempat-tempat wisata. Naik kereta api sudah bikin saya senang dan itu sudah lebih dari cukup. Hanya saja acara jalan-jalan kali ini memang saya planning rada beda dari kebiasaan saya. Sesekali saya pengen memainkan peran jadi ‘turis’. Tidurnya pun saya set di hotel (puhhhhhhhhhhh……………. edian og ancen….). Soal pemilihan akomodasi ini sebenarnya juga dasarnya coba-coba saja. Pada perjalanan-perjalanan saya terdahulu pas ke Jogja, saya sudah beberapa kali bermalam di berbagai macam tempat. Saya pernah sendirian tidur di masjid, pernah pula bermalam di kosannya temannya teman saya, dan yang agak cetar adalah tidur di kantor polisi! Makanya saya kali ini pengen menjajal tidur di tempat menginap yang saya booking sendirian. Yang sudah-sudah soalnya dipesankan saudara saya atau diurusin panitia penyelenggara. Kali ini semuanya pengen saya urus sendirian saja. Perihal bakal bertingkah ndeso alias mirip wong sugih anyaran di penginapan nanti sih bodo amat, hahaha. Toh spiritnya bukan buat pamer atau mewah-mewahan, tapi buat nyari suasana baru di luar kebiasaan. Sesekali jadi ‘orang normal’, selain ada satu dan lain hal yang nggak bisa saya jabarkan di sini.


'Selfie' ala tahun 2008, saat yang dipunya masih sebatas kamera analog.

Akhirnya tiket kereta buat PP plus hotelnya berhasil saya booking semuanya, tinggal menunggu eksekusinya saja pas hari H. Sambil menunggu itu, tiap pagi pas baru bangun pasti saya count down H-20, H-19, H-sekian dan sekian dan sekian, hehe..9989x norak banget ya. Bodo amat…. Tapi tentu waktu satu bulan itu nggak saya sia-siakan begitu saja. Saya berusaha ngumpulin sebanyak mungkin info tentang tempat yang bakal saya datangi. Rencananya, saya akan bertolak dari Malang naik kereta api Malioboro Express pukul 20.10. Untuk pulangnya nanti tanggal 17 Mei saya juga akan naik kereta yang sama dengan keberangkatan pagi hari. Sampai di Jogja, nyari bus Trans Jogja yang dengan tujuan terminal Jombor. Dari Jombor,  langsung nyari bus jurusan terminal Borobudur. Ya, saya memang hendak pergi ke Borobudur. Itung-itung buat nostalgia jaman perpisahan kelas 6 SD dulu pas tahun 2001 (ketauan kalau saya sudah rada berumur ya….). Terus kalau masih belum capek, habis dari Borobudur mau langsung ke Candi Prambanan. Malamnya jalan-jalan di Malioboro. Tinggal eksekusi saja.

Ah iya, ini kan ceritanya lagi traveling sendirian. Siapa tahu nanti bakal ada cerita seperti adegan film di bawah ini:

Gara-gara ketemu di kereta
lalu pas ketemu lagi bertahun-tahun setelahnya
Dan bertahun-tahun lagi setelahnya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar