“I'm loving living every single day,
but sometimes I feeel so...
I hope to find a little piece of mind,
and I just want to know....”
(Far Away Frome Home – Groove Coverage)
Saya rencananya mau sendirian saja. Kerjaan seorang freelancer memang terkadang nggak
memiliki jadwal kerja yang kaku alias lebih fleksibel. Jadinya saya nggak
terlalu susah nentuin jadwal keberangkatan, dimana semua orang pada jenuh di
kantornya, ehh… saya malah liburan (juahat buanget yaaa….).
Pergi-pergi sendirian itu tentu ada enak dan nggaknya. Yang
paling saya senang dari bepergian sendirian itu adalah saya bisa bebas nentuin
kemana saya harus melangkah atau mengambil keputusan. Gak perlu memaksakan
orang lain untuk menyesuaikan diri mereka dengan kita, pun kita juga gak usah
menyesuaikan diri dengan orang lain. Gak
enaknya, tentu ya… pasti bikin boring.
Pas lagi ada traveler yang perginya
berombongan, bercanda bareng teman-temannya pasti ada perasaan nelongso. Juga
kalau bareng teman kan bisa saling menjaga dan bisa saling tolong. “Semua ada
masanya”, kata teman saya pas lagi bijak. Saya juga pernah beberapa kali traveling berombongan. Semua memang ada
masanya, dan ini adalah masa saya untuk kembali bepergian sendirian. Saya sendiri meskipun senang bepergian, tapi
saya jarang sekali punya kesempatan buat memenuhi hasrat yang satu itu.
Jadinya, setiap kali melakukan sebuah perjalanan, tak peduli seberapa dekatnya selalu teramat
sangat saya syukuri. Karena saya punya keyakinan kalau tidak ada yang sia-sia
dari sebuah perjalanan. Kalaupun pulangnya tidak ada oleh-oleh yang bisa dibawa, pasti
ada sekelumit cerita dan pengalaman yang bisa dijadikan pelajaran ke depannya.
“Some journeys in life can only be traveled alone.”
(Ken Poirot)
Tujuan perjalanan saya adalah ke Jogja. Bicara soal tempat
tujuan traveling, Jogja bisa dibilang
sudah teramat sangat populer ya. Biarpun begitu, orang yang sudah pernah
berkunjung ke kota ini sebagian besar pasti suatu saat akan kangen dan ingin
kembali lagi. Tak terkecuali saya, kota Jogja adalah kota yang selalu bikin
saya kangen selain kota saya sendiri. Entahlah dengan orang lain ya, kalau saya
pribadi mungkin karena pengaruh faktor keturunan. Nenek yang merupakan ibunya
ibu saya asal-usulnya soalnya dari Jogja meskipun masa tuanya banyak dihabiskan
di Blitar dan Malang. Jadinya saya kadang kalau ke Jogja itu sensasinya seperti
‘pulang’ bukannya traveling,
sekalipun dengan keluarga dan sanak saudara yang di Jogja sana sekarang seperti
sudah ada ‘missing link’. Tapi di
luar itu semua, pasti banyak yang sepakat kalau Jogja itu punya auranya sendiri,
yang mampu membuat seseorang ingin mengunjunginya lagi dan lagi.
“Walau kini engkau telah tiada, tak kembali.
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi.”
(Yogyakarta – Kla
Project)
Saya sebenarnya sudah pernah beberapa kali pergi ke Jogja.
Tapi biasanya saya cuma naik kereta api saja terus balik lagi ke Malang. (Lhah
ngapain coba..?) Yahhh gimana ya? Saya memang seorang railfan alias penggemar kereta api. Jadi bagi saya bepergian naik
kereta api itu sudah lebih dari cukup, tak perlu keluar terlalu jauh dari
stasiun untuk berwisata kuliner atau mendatangi tempat-tempat wisata. Naik
kereta api sudah bikin saya senang dan itu sudah lebih dari cukup. Hanya saja
acara jalan-jalan kali ini memang saya planning
rada beda dari kebiasaan saya. Sesekali saya pengen memainkan peran jadi ‘turis’.
Tidurnya pun saya set di hotel (puhhhhhhhhhhh……………. edian og ancen….).
Soal pemilihan akomodasi ini sebenarnya juga dasarnya coba-coba saja. Pada
perjalanan-perjalanan saya terdahulu pas ke Jogja, saya sudah beberapa kali
bermalam di berbagai macam tempat. Saya pernah sendirian tidur di masjid,
pernah pula bermalam di kosannya temannya teman saya, dan yang agak cetar
adalah tidur di kantor polisi! Makanya saya kali ini pengen menjajal tidur di tempat menginap yang saya booking sendirian.
Yang sudah-sudah soalnya dipesankan saudara saya atau diurusin panitia penyelenggara.
Kali ini semuanya pengen saya urus sendirian saja. Perihal bakal bertingkah ndeso alias mirip wong sugih anyaran di penginapan nanti sih bodo amat, hahaha. Toh
spiritnya bukan buat pamer atau mewah-mewahan, tapi buat nyari suasana baru di
luar kebiasaan. Sesekali jadi ‘orang normal’, selain ada satu dan lain hal yang
nggak bisa saya jabarkan di sini.
![]() |
'Selfie' ala tahun 2008, saat yang dipunya masih sebatas kamera analog. |
Akhirnya tiket kereta buat PP plus hotelnya berhasil saya booking semuanya, tinggal menunggu
eksekusinya saja pas hari H. Sambil menunggu itu, tiap pagi pas baru bangun
pasti saya count down H-20, H-19,
H-sekian dan sekian dan sekian, hehe..9989x norak banget ya. Bodo amat…. Tapi
tentu waktu satu bulan itu nggak saya sia-siakan begitu saja. Saya berusaha
ngumpulin sebanyak mungkin info tentang tempat yang bakal saya datangi. Rencananya,
saya akan bertolak dari Malang naik kereta api Malioboro Express pukul 20.10. Untuk
pulangnya nanti tanggal 17 Mei saya juga akan naik kereta yang sama dengan
keberangkatan pagi hari. Sampai di Jogja, nyari bus Trans Jogja yang dengan
tujuan terminal Jombor. Dari Jombor,
langsung nyari bus jurusan terminal Borobudur. Ya, saya memang hendak
pergi ke Borobudur. Itung-itung buat nostalgia jaman perpisahan kelas 6 SD dulu
pas tahun 2001 (ketauan kalau saya sudah rada berumur ya….). Terus kalau masih
belum capek, habis dari Borobudur mau langsung ke Candi Prambanan. Malamnya
jalan-jalan di Malioboro. Tinggal eksekusi saja.
Ah iya, ini kan ceritanya lagi traveling sendirian. Siapa
tahu nanti bakal ada cerita seperti adegan film di bawah ini:
![]() |
Gara-gara ketemu di kereta |
![]() |
lalu pas ketemu lagi bertahun-tahun setelahnya |
![]() |
Dan bertahun-tahun lagi setelahnya |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar